Lebih Mengutamakan Akhirat

0
1020

LEBIH MENGUTAMAKAN AKHIRAT

Di antara jalan keselamatan adalah dengan mengejar keutamaan akhirat yang abadi dan tidak lebih mengutamakan kesenangan dunia yang fana.

‘Amr bin al-‘Ash -radhiyallahu ‘anhu- berkata di dalam khutbahnya di hadapan penduduk Mesir,

“Sungguh betapa jauhnya jalan dan gaya hidup kalian dengan jalan dan gaya hidup Nabi kalian -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Adapun beliau, maka beliau adalah orang yang paling zuhud dalam urusan dunia, sedangkan kalian adalah orang-orang yang paling gandrung kepadanya”.

(lihat Fawa‘id Abi Muhammad al-Fakihi, Hal. 127)

Abdullah bin Mas‘ud -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Kalian sekarang ini lebih banyak sholat dan lebih keras dalam beribadah daripada para Sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, meskipun demikian mereka lebih utama daripada kalian”.

Mereka bertanya,

“Mengapa?”.

Beliau menjawab,

“Sebab mereka lebih zuhud dalam hal dunia daripada kalian dan jauh lebih berhasrat dalam urusan akhirat”.

(lihat az-Zuhd oleh al-Qurthubi, Hal. 39)

Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Jadilah kalian anak-anak akhirat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal dan belum ada hisab, sedangkan besok yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi waktu untuk beramal”.

(lihat Shahih Bukhari, Cet. Maktabah al-Iman, Hal. 1307)

Abu Sulaiman ad-Darani -rahimahullah- berkata,

“Dunia akan mencari orang yang berusaha lari meninggalkannya. Apabila dunia berhasil meraihnya niscaya ia akan melukainya. Dan seandainya pencari dunia berhasil meraihnya [dunia] niscaya dunia akan membinasakan dirinya”.

(lihat at-Tahdzib al-Maudhu‘i li Hilyat al-Auliya’, Hal. 338)

Bisyr bin al-Harits -rahimahullah- berkata,

“Katakanlah kepada orang yang suka mengejar-ngejar dunia : Bersiaplah kamu untuk merasakan kehinaan”.

(lihat at-Tahdzib al-Maudhu‘i li Hilyat al-Auliya’, Hal. 339)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata,

“Zuhud yang disyari‘atkan itu adalah; dengan meninggalkan perkara-perkara yang tidak mendatangkan manfaat kelak di negeri akhirat dan kepercayaan yang kuat tertanam di dalam hati mengenai balasan dan keutamaan yang ada di sisi Allah…

Adapun secara lahiriyah, segala hal yang digunakan oleh seorang hamba untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, maka meninggalkan itu semua bukan termasuk zuhud yang disyari‘atkan.

Akan tetapi yang dimaksud zuhud adalah meninggalkan sikap berlebihan dalam perkara-perkara yang menyibukkan sehingga melalaikan dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, berupa makanan, pakaian, harta, dan lain sebagainya…”.

(lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Hal. 69-70)

Hasan al-Bashri -rahimahullah- berkata,

“Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah orang yang zuhud kepada dunia dan sangat memburu akhirat. Orang yang paham tentang agamanya dan senantiasa beribadah kepada Rabbnya.

Orang yang berhati-hati sehingga menahan diri dari menodai kehormatan dan harga diri kaum muslimin.

Orang yang menjaga kehormatan dirinya dari meminta harta mereka dan senantiasa mengharapkan kebaikan bagi mereka”.

(lihat Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, Hal. 28)

‘Ali bin al-Husain -rahimahullah- berkata,

“Barang siapa yang merasa cukup [qona‘ah] dengan apa yang dibagikan Allah untuknya maka dia adalah orang yang paling berkecukupan”.

(lihat at-Tahdzib al-Maudhu‘i li Hilyat al-Auliya’, Hal. 662)

www.al-mubarok.com
______________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Instagram : iTauhid.com/instagram
WhatsApp : iTauhid.com/whatsapp
Facebook : iTauhid.com/facebook
Telegram : iTauhid.com/telegram
Twitter : iTauhid.com/twitter
LINE : iTauhid.com/line
BBM : iTauhid.com/bbm
______________________
 Silakan disebarluaskan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here