Indonesia Bertauhid - Membumikan Tauhid di Sanubari
  • Home
  • Profil
  • Artikel
    • Akidah
    • Ibadah
    • Kajian
    • Nasihat
  • BETAH
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Indonesia Bertauhid - Membumikan Tauhid di Sanubari
Akidah, Ibadah, Nasihat, Poster

Bersegeralah Melakukan Kebaikan Sebelum Datang Musibah

BERSEGERALAH MELAKUKAN KEBAIKAN SEBELUM DATANG MUSIBAH

Dari Abu Hurairah, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir.

Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia”.

(HR. Muslim No. 118)

Hadits ini berisi perintah untuk bersegera melakukan amalan shalih. Yang disebut amalan shalih adalah jika memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas pada Allah dan mengikuti tuntunan Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Jika tidak memenuhi syarat ini, suatu amalan tidaklah diterima di sisi Allah.

Dalam hadits ini, dikabarkan bahwa akan datang fitnah seperti potongan malam. Artinya, fitnah tersebut tidak terlihat. Ketika itu manusia tidak tahu ke manakah mesti berjalan. Ia tidak tahu di manakah tempat keluar.

Fitnah boleh jadi karena syubuhaat (racun pemikiran), boleh jadi timbul dari syahwat (dorongan hawa nafsu untuk bermaksiat).

Fitnah di atas itu diibaratkan dengan potongan malam yang sekali lagi tidak diketahui. Sehingga seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir.

Dalam satu hari, bayangkanlah ada yang bisa demikian. Atau ia di sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi harinya kafir. Mereka bisa menjadi kafir karena menjual agamanya.

Bagaimanakah bisa menjual agama? Menjual agama yang dimaksud di sini adalah menukar agama dengan harta, kekuasaan, kedudukan, atau bahkan dengan perempuan.

Pelajaran lainnya dari hadits ini :

[1] Wajibnya berpegang teguh dengan agama.

[2] Bersegera dalam amalan shalih sebelum datang cobaan yang mengubah keadaan.

[3] Fitnah akhir zaman begitu menyesatkan. Satu fitnah datang dan akan berlanjut pada fitnah berikutnya.

[4] Jika seseorang punya kesempatan untuk melakukan satu kebaikan, maka segeralah melakukannya, jangan menunda-nunda.

[5] Jangan menukar agama dengan dunia yang murah.

Semoga Allah memberi kita taufik untuk bersegera dalam kebaikan dan terus menjaga agama kita.

www.rumaysho.com
______________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Twitter & FB : @indonesiatauhid
Instagram : @indonesiabertauhidofficial
BBM : D0842CB0
Line : http://bit.ly/AkunLineIB
Telegram : @indonesiatauhid
WhatsApp : 0896-3833-9444
______________________
♻ Silakan disebarluaskan

Ayo Bagikan!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google
  • Tumblr
January 23, 2018by Indonesia Bertauhid
FacebookTwitterPinterestGoogle +Stumbleupon
Akidah, Ibadah, Nasihat, Poster

WA BIHI NASTA‘IINU

WA BIHI NASTA‘IINU

Bismillah.

Setiap hari di dalam shalat, kita selalu membaca ayat yang artinya,

“Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”.

Dua buah kalimat yang sangat berharga bagi seorang muslim. Pada kalimat pertama tersimpan pelajaran tauhid dan akidah yang sangat mulia. Di mana seorang muslim tidak akan mempersembahkan ibadah dalam bentuk apapun selain kepada Zat yang telah menciptakan dirinya dan memberikan nikmat tak terhingga kepadanya.

Sebab ibadah adalah hak Allah semata; tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dia. Oleh sebab itulah Allah memerintahkan ibadah dan menyertainya dengan larangan dari perbuatan syirik kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya),

“Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun juga”.

(QS. an-Nisa’ [4]: 36)

Pada kalimat kedua tersimpan mutiara iman dan pelajaran hati yang tidak terkira; bahwa setiap hamba tidak boleh bersandar dan bergantung kecuali kepada Rabb yang telah menciptakan jagad raya dengan segala isinya.

Dialah Allah tempat kita memohon dan mengharapkan segala kebaikan dan berlindung dari segala keburukan. Hanya Allah tempat kita meminta bantuan dan pertolongan dari segala kesulitan dan marabahaya yang mengancam kita. Tanpa bersandar kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya maka kita tidak bisa melakukan apa-apa.

Itulah yang tercermin dalam kalimat dzikir -yang disebut sebagai salah satu perbendaharaan surga- yaitu kalimat laa haula wa laa quwwata illa billah; tiada perubahan dan kekuatan selain dengan bantuan Allah. Inilah maksud dari kalimat yang berbunyi ‘wa iyyaaka nasta‘iin’ yang artinya,

“Dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”.

Inilah kedudukan dan posisi seorang hamba di hadapan Rabbnya. Sesuatu yang sering kali kita lupa atau melalaikannya.

Karena itulah kita dapati sebagian ulama menyebutkan di awal kitabnya setelah bacaan basmalah, mereka juga menyebutkan kalimat ‘wa bihi nasta‘iinu’ yang artinya,

“Dan kepada Allah semata, kami memohon pertolongan”.

Sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab -rahimahullah- di awal kitabnya, al-Kaba’ir.

(lihat Kitab al-Kaba’ir dengan tahqiq Syaikh Prof. Dr. Basim bin Faishal al-Jawabirah -hafizhahullah-, Hal. 25)

Demikian pula dalam sebagian naskah Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab -rahimahullah- di mana pada awalnya beliau mengatakan setelah basmalah,

“Dan kepada-Nya semata kami memohon pertolongan dan kepada-Nya pula kami bertawakal”.

(lihat matan Kitab at-Tauhid dengan tahqiq Abu Malik ar-Riyasyi -hafizhahullah-, Hal. 9)

Demikian pula yang dilakukan oleh Syaikh Hamad bin ‘Atiq -rahimahullah- (wafat : 1301 H) dalam kitabnya, Ibthal at-Tandid bi Ikhtishar Syarh Kitab at-Tauhid. Di mana setelah menyebutkan basmalah, beliau mengatakan,

‘wa bihi nasta‘iinu’

yang artinya,

“Dan kepada-Nya semata kami memohon pertolongan”.

(lihat Ibthal at-Tandid, Hal. 13)

Hal ini semestinya membangkitkan kesadaran kita bahwasanya setiap insan selalu butuh kepada bantuan dan pertolongan Allah kapanpun dan di manapun.

Dia tidak bisa terlepas dari bantuan dan pertolongan Allah sekecil apapun masalah yang dia hadapi. Masalah dakwah yang dihadapi para ulama tentu bukan perkara ringan, karena mereka harus melihat kenyataan umat yang penuh dengan problematika dari berbagai sisi. Tentu tidak ada yang bisa dijadikan sandaran selain Allah yang telah menciptakan jin dan manusia dalam rangka tunduk beribadah kepada-Nya.

www.al-mubarok.com
______________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Instagram : iTauhid.com/instagram
WhatsApp : iTauhid.com/whatsapp
Facebook : iTauhid.com/facebook
Telegram : iTauhid.com/telegram
Twitter : iTauhid.com/twitter
LINE : iTauhid.com/line
BBM : iTauhid.com/bbm
______________________
♻ Silakan disebarluaskan

Ayo Bagikan!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google
  • Tumblr
January 22, 2018by Indonesia Bertauhid
FacebookTwitterPinterestGoogle +Stumbleupon
Akidah, Ibadah, Nasihat, Poster

Merasa Diri Sudah Baik

MERASA DIRI SUDAH BAIK

Ini yang dialami oleh kita-kita tatkala sudah lama belajar agama. Merasa diri sudah lebih dari orang lain dan lebih paham dari yang lain. Padahal kekurangan kita teramat banyak. Maksiat kecil-kecilan bahkan yang besar masih dilakoni.

Ilmu yang telah kita pelajari pun sedikit yang diamalkan. Prinsip yang harus dipegang adalah jangan selalu merasa diri sudah baik, namun berusaha terus untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Allah ta‘ala berfirman,

هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”.

(QS. an-Najm [53]: 32)

Janganlah Engkau mengatakan dirimu suci, dirimu lebih baik. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ

“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian”.

(HR. Muslim No. 2142)

Jika kita ingin memiliki tahu bahayanya menganggap diri lebih baik, maka coba lihatlah pada kekurangan kita dalam ketaatan. Lalu lihat para orang yang menyatakan kita baik. Maka kalau seandainya mereka tahu kekurangan kita, pasti mereka akan menjauh.

Seharusnya sikap seorang muslim adalah mengedepankan suuzhon (prasangka jelek) pada diri sendiri. Ia merasa dirinya serba kurang. Tak perlulah ia memandang kejelekan pada orang lain. Kita ingat kata pepatah,

“Semut di seberang lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tak nampak.”

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاة فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَل- أو الجَذَع – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya”.

(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 592, shahih secara mauquf)

Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan :

(1) Tamak lagi kikir,

(2) Mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan

(3) Ujub (takjub pada diri sendiri)”.

(HR. Abdur Razaq [11/304]. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan dalam Shahihul Jami’ No. 3039)

Harusnya kita melihat contoh Abu Bakr, ia malah berdoa ketika dipuji oleh orang lain.

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minnii bi nafsii, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alnii khoirom mimmaa yazhunnuun, waghfirlii maa laa ya’lamuun, wa laa tu’akhidznii bimaa yaquuluun.

[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka]

(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu‘abul Iman [4/228] No. 4876. Lihat Jami‘ul Ahadits, Jalaluddin as-Suyuthi [25/145], asy-Syamilah)

Sikap Abu Bakr di atas menunjukkan bahwa ia merasa dirinya tidak lebih baik dari pujian tersebut. Marilah kita memiliki sifat yang baik seperti ini.

Hanya Allah yang memberi taufik.

www.rumaysho.com
__________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Twitter & FB : @indonesiatauhid
Instagram : @indonesiabertauhidofficial
BBM : D0842CB0
Line : http://bit.ly/AkunLineIB
Telegram : @indonesiatauhid
WhatsApp : 0896-3833-9444
__________________
♻ Silakan disebarluaskan

Ayo Bagikan!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google
  • Tumblr
January 21, 2018by Indonesia Bertauhid
FacebookTwitterPinterestGoogle +Stumbleupon
Akidah, Ibadah, Nasihat, Poster

Berdoa Saja Tidak Cukup

BERDOA SAJA TIDAK CUKUP

Saudaraku yang dirahmati Allah, sebagian dari saudara kita banyak yang berdoa (memohon) kepada Allah namun tidak diimbangi dengan ikhtiar (usaha) alias hanya mengandalkan doa tanpa usaha.

Padahal Allah ta‘ala berfirman,

إِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mau mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”.

(QS. ar-Ra’d [13]: 11)

Apakah doa dan usaha sudah cukup?

Allah ta‘ala berfirman,

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya”.

(QS. ath-Thalaq [65]: 3)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin -rahimahullah- berkata,

“Bertawakal kepada sesuatu artinya bersandar kepadanya. Adapun bertawakal kepada Allah maksudnya adalah menyandarkan diri kepada Allah ta‘ala dalam rangka mencukupi dan memenuhi keinginannya, baik ketika mencari kemanfaatan ataupun ketika menolak kemudharatan. Ia merupakan bagian kesempurnaan iman dan tanda keberadaannya”.

(lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, Hal. 38)

Oleh karena itu, seorang muslim yang baik yakni mereka yang berdoa kepada Allah semata, mempunyai usaha untuk mewujudkannya, dan bertawakal kepada-Nya.

www.al-mubarok.com
______________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Instagram : iTauhid.com/instagram
WhatsApp : iTauhid.com/whatsapp
Facebook : iTauhid.com/facebook
Telegram : iTauhid.com/telegram
Twitter : iTauhid.com/twitter
LINE : iTauhid.com/line
BBM : iTauhid.com/bbm
______________________
♻ Silakan disebarluaskan

Ayo Bagikan!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google
  • Tumblr
January 20, 2018by Indonesia Bertauhid
FacebookTwitterPinterestGoogle +Stumbleupon
Ibadah, Nasihat, Poster

Tiga Cara yang Paling Jitu dalam Menuntut Ilmu

TIGA CARA YANG PALING JITU DALAM MENUNTUT ILMU

Menuntut ilmu agama adalah ibadah yang sangat mulia. Bahkan Allah ta‘ala telah menetapkan bahwa seorang hamba tidak akan menggapai kebaikan apapun tanpa mempelajari ilmu agama.

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan pahamkan dia dalam hal agama”.

(HR. al-Bukhari No. 71 dan Muslim No. 1037)

al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi‘i -rahimahullah- berkata,

وَمَفْهُومُ الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّينِ أَيْ يَتَعَلَّمْ قَوَاعِدَ الْإِسْلَامِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنَ الْفُرُوعِ فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ

“Mafhum hadits ini adalah siapa yang tidak melakukan tafaqquh fid din (berusaha memahami agama), yaitu tidak mempelajari kaidah-kaidah Islam dan cabang-cabangnya maka sungguh ia telah diharamkan untuk meraih kebaikan”.

(lihat Fathul Bari [1/165])

Allah tabaraka wa ta‘ala juga menjanjikan keutamaan yang besar di dunia dan akhirat bagi siapa yang menuntut ilmu agama, terutama melalui majelis ilmu.

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, dan tidaklah ada satu kaum yang berkumpul di rumah Allah; membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dicurahkan kepada mereka rahmat, malaikat meliputi mereka dan Allah menyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya”.

(HR. Muslim No. 2699)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin -rahimahullah- ditanya :

س : سئل فضيلة الشيخ -رحمه الله- : ما أحسن وسيلة لتلقي العلم النافع؟

فأجاب بقوله : الوسائل مختلفة وهي كثيرة -والحمد لله- في الوقت الحاضر.

فمن الوسائل : أن تتلقى العلم على شيخ مأمون في علمه ودينه، وهذه أحسن الوسائل وأقوى الوسائل، وأقرب الوسائل إلى تحصيل العلم.

ومن الوسائل : أن تتلقى العلم من الكتب المؤلفة التي ألفها علماءمأمونون موثوقون في علمهم ودينهم.

ومن الوسائل : أن تستمع إلى الأشرطة المنشورة من العلماء الموثقين بعلمهم وأماناتهم، هذه ثلاث طرق يمكن أن يحصل بها العلم، وأهم شيء هو الاجتهاد والمثابرة وحسن القصد فإن ذلك منأسباب حصول العلم.

Pertanyaan : Sarana apakah yang terbaik dalam menuntut ilmu yang bermanfaat?

Jawaban : Sarana-sarana menuntut ilmu banyak bentuknya di zaman modern ini, walhamdulillah. Di antaranya :

[Pertama] Engkau menuntut ilmu dari seorang guru yang terpercaya dalam ilmu dan (amal) agamanya. Dan ini adalah sarana terbaik, terkuat dan, terdekat untuk meraih ilmu.

[Kedua] Engkau menuntut ilmu dari kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama yang amanah lagi terpercaya dalam ilmu dan agama mereka.

[Ketiga] Engkau menuntut ilmu melalui kaset-kaset yang disebarkan para ulama yang terpercaya dalam ilmu dan amanah mereka.

Inilah tiga cara yang memungkinkan untuk meraih ilmu.

Dan yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah :

[1] Kesungguhan,

[2] Sabar dalam menuntut ilmu secara terus menerus, dan

[3] Niat yang baik.

Inilah sesungguhnya di antara sebab untuk meraih ilmu.

(lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail asy-Syaikh Ibnu al-‘Utsaimin -rahimahullah- [26/148] No. 50]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

www.sofyanruray.info
______________________
📌 Kita sama-sama peduli dengan dakwah utama dan prioritas, yaitu tauhid dan aqidah. Anda bisa ikut aktif, caranya ketika mendapatkan tulisan ini, bagikan kembali di sosial media yang Anda punya dan seterusnya sehingga dakwah tauhid tersebar.

📲 Daftar Broadcast “Indonesia Bertauhid”
Twitter & FB : @indonesiatauhid
Instagram : @indonesiabertauhidofficial
BBM : D0842CB0
Line : http://bit.ly/AkunLineIB
Telegram : @indonesiatauhid
WhatsApp : 0896-3833-9444
______________________
♻ Silakan disebarluaskan

 

Ayo Bagikan!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google
  • Tumblr
January 19, 2018by Indonesia Bertauhid
FacebookTwitterPinterestGoogle +Stumbleupon
Page 3 of 4«1234»

LAPORAN DONASI

Menuju Ramadhan 2018

60 hari 2 jam 45 menit 26 detik menuju RAMADHAN 2018 ان شاء الله
code by bbg al-ilmu, disesuaikan indonesiabertauhid

Official Accounts

Website: indonesiabertauhid.com

Facebook: @indonesiabertauhidofficial

Twitter: @indonesiatauhid

Instagram: @indonesiabertauhidofficial

Line: http://bit.ly/AkunLineIB

Whatsapp: (pilih salah satu)

  • WA 1: 0896-3833-9444
  • WA 2: 0896-3833-9555
  • WA 3: 0896-3833-9666

Telegram: (pilih salah satu)

  • TG 1: @indonesiatauhid
  • TG 2: @indonesiabertauhid
  • TG 3: @itauhid

BBM: (pilih BBM 5)

  • BBM 1: 5525C50D (penuh)
  • BBM 2: 54246B2F (penuh)
  • BBM 3: 56FA0CAC (penuh)
  • BBM 4: 59957910 (penuh)
  • BBM 5: D0842CB0

"Mari kita Tegakkan Tauhid, Jauhkan Syirik"

© 2016 copyright Indonesia Bertauhid // All rights reserved // Indonesia Bertauhid
Menyebar dakwah tauhid